Kedokteran

Sabtu, 20 Desember 2008

nyeri inflamasi

MEKANISME DEMAM
• Demam adalah peningkatan titik patokan (set-point) suhu di hipotalamus. Dengan meningkatkan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal untuk mningkatkan suhu tubuh. Tubuh berespons dengan menggigil dan meningkatkan metabolisme basal.
• Demam timbul sebagai respons terhadap pembentukan interleukin-1, yang disebut pirogen endogen.
• Interleukin-1 dibebaskan oleh neutrofil aktif, makrofag, dan sel-sel yang mengalami cedera.
• Interlekin-1 tampaknya menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin yang merangsang hipotalamus
Organ Pengatur Suhu Tubuh.
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hypothalamus, Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat yang berada dibawah otak. Hipothalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan panas. Hipothalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas
Mekanisme pengaturan suhu
Kulit –> Reseptor ferifer –> hipotalamus (posterior dan anterior) –> Preoptika hypotalamus –> Nervus eferent –> kehilangan/pembentukan panas
www.medicastore.com
Nyeri Inflamasi
Nyeri pada penyakit reumatik terutama disebabkan oleh adanya inflamasi yang mengakibatkan dilepaskannya mediator-mediator kimiawi. Kinin dan mediator kimiawi lainnya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsangan/stimulus.
Proses inflamasi, terjadi interaksi 4 sistem yaitu system pembekuan darah, system kinin, system fibrinolisis dan system komplemen, yg akan membebaskan berbagai protein inflamatif baik amin vasoaktif maupun zat kemotaktik yang akan menarik menarik lebih banyak sel radang ke daerah inflamasi.
• Pada artritis reumatoid nyeri dan inflamasi disebabkan oleh terjadinya proses imunologik pada sinovia yang mengakibatkan terjadinya sinovitis dan pembentukan pannus yang akhirnya menyebabkan kerusakan sendi.
• Pada artritis gout adanya deposit kristal asam urat pada sinovia/rongga sendi akan mengakibatkan terjadinya inflamasi.
• Pada osteoartritis tidak selalu ditemukan adanya inflamasi, hanya pada kira-kira 40% kasus yang disertai inflamasi yang disebabkan oleh lepasnya kristal kalsium-pirofosfat atau serpihan rawan sendi ke dalam rongga sendi. Osteoartritis ialah penyakit yang bermula dari gangguan rawan sendi, sedangkan diketahui bahwa rawan sendi tidak mempunyai persyarafan. Dengan demikian timbul pertanyaan darimasa asal rasa nyeri pada osteoartritis bila tidak ada inflamasi? Ternyata nyeri pada osteoartritis dapat disebabkan antara lain oleh :
1. Terjadinya mikrofraktur di antara trabekulae tulang subkondral,
2. Terjadinya bendungan vena akibat perubahan bentuk trabekulae tulang subkondral,
3. Regangan dari syaraf periosteal yang berakhir pada osteofit,
4. Regangan ligamen akibat deformitas atau akibat efusi sendi dan
5. Karena regangan otot.
Hal yang penting ialah membedakan antara nyeri yang disebabkan perubahan mekanikal dengan nyeri yang disebabkan inflamasi.
Perubahan mekanikal disebabkan oleh perubahan anatomis yang lanjut akibat beratnya penyakit.
Nyeri mekanikal timbul setelah penderita melakukan aktivitas dan tidak timbul pada pagi hari atau setelah penderita beristirahat serta tidak disertai dengan kaku sendi (joint stiffness). Perubahan mekanikal ini memerlukan pula pengobatan mekanikal seperti artroplasti (joint replacement) atau artrodesis (joint fusion). Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi pagi hari atau setelah duduk lama.
Nyeri inflamasi ini akan berkurang bila diberikan latihan atau obat anti-inflamasi non-steroid. Pada artritis reumatoid nyeri paling berat biasanya pada pagi hari, membaik pada siang hari dan sedikit lebih berat pada malam hari. Sebaliknya pada osteoartritis nyeri
paling berat pada malam hari, pagi hari terasa lebih ringan dan membaik pada siang hari. Ada 2 faktor yang berperanan dalam beratnya rasa nyeri pada penderita penyakit reumatik, yaitu beratnya penyakit dan ambang nyeri dari si penderita. Makin bertambah berat penyakit makin bertambah pula rasa nyen dan bila perjalanan penyakit dapat dihentikan (remisi) seperti pada artritis reumatoid, maka rasa nyeri akan pula berkurang. Pasien dengan ambang nyeri yang tinggi akan merasa sedikit nyeri dan hanya membutuhkan sedikit obat serta dapat tetap bekerja seperti biasa. Semula dianggap bahwa pasien dengan ambang nyeri yang tinggi akan mengalami kerusakan sendi yang lebih cepat karena penderita tetap akan menggunakan sendi yang sakit tersebut terus me-
nerus. Hal tersebut didasarkan pada penemuan bahwa pada sendineurepatik terjadi kerusakan sendi yang lebih cepat. Tetapi hingga sekarang belum ada bukti penelitian bahwa pendapat tersebut benar.
Pada penyakit gout nyeri yang terjadi karakteristik, yaitu berupa serangan akut yang hebat timbul pada waktu bangun pagi hari, padahal malam hari sebelumnya penderita tidak merasakan apa-apa, rasa nyeri dan inflamasi ini biasanya self-limiting dan
sangat responsif dengan pengobatan. Pada artritis reumatoid dan osteoartritis rasa nyeri timbul sesuai dengan beratnya penyakit. Pada artritis reumatoid sifat nyerinya tajam (sharp pain), sedangkan pada osteoartritis lebih ringan (dull pain). Pada spondilitis ankilosis rasa nyeri biasanya tidak terlalu hebat, dan justru pada penyakit ini penderita harus tetap aktif bergerak, sebagai bagian dari pengobatan untuk mencegah terjadinya
kekakuan. Pada anak terdapat perbedaan, suatu penelitian pada artritis kronik juvenil mendapatkan bahwa sebagian besar penderita hanya merasa nyeri ringan dan tidak ada korelasi antara beratnya penyakit dengan rasa nyeri. Rasa nyeri mengakibatkan gangguan fungsi dan rasa putus yang stabil (PGE2dan PGIz/Prostasiklin)
tanda terjadinya Inflamasi :
1. rubor (kemerahan)
2. kalor (panas)
3. tumor (pembengkakan)
4. dolor (nyeri)
5. function leasa ( kehilangan fungsi)

Nyeri Mekanik
Stimulasi dimulai dari stimulasi nocireseptor oleh stimulus noxius pada jarinagan kmudian dlanjutkan 4 proses mekanisme nyeri :
1. Transduksi nyeri : stimulasi nosireseptor dimana disini stimulis noxious tersebut akan dirubah menjadi potensial aksi shingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri.
2. Transmisi nyeri : melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan jaringan neuron2 pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak.
3. Modulasi nyeri : melibatkan aktivitas saraf melalui jalur2 saraf descendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis. (melibatkan faktor2 kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas reseptor nyeri aferen primer.
4. Persepsi nyeri : pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun jg dihasilakan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.



• Ilmu Penyakit Dalam
• Patofiologi jilid 2
• http//www. Cermin Dunia Kedokteran_nyeri.htm
• Harry Isbagio
• Subbagian Reumatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
• R.S. Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta

Tidak ada komentar: